BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Usia harapan hidup perempuan Indonesia
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh
Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup rata-rata perempuan Indonesia pada
tahun 1997 mencapai 66 tahun sedangkan pada tahun 2000 mencapai 69 tahun. Dengan
usia harapan hidup yang meningkat tersebut, berarti semakin banyak perempuan
Indonesia yang berada pada masa menopause sehingga kualitas hidup perempuan
Indonesia harus mendapat perhatian. Menopause merupakan proses fisiologis pada
perempuan yang biasa terjadi pada usia antara 47-55 tahun, ditandai dengan
berhentinya menstruasi sebagai akibat berhentinya produksi hormon estrogen
utama oleh ovarium.
Sebelum masa menopause setiap perempuan
akan memasuki masa pre-menopause setelah usia 40 tahun, biasanya terjadi selama
3-5 tahun sebelum masa menopause, ditandai dengan tidak teraturnya siklus
menstruasi dan atau volume menstruasi yang meningkat atau menurun serta mudah
mengalami stress. Menopause dan berkurangnya produksi steroid ovarium diketahui
berperan penting terhadap perubahan pada jaringan ikat. Menurunnya kadar
estrogen darah pada perempuan menopause memicu perubahan pada tubuh perempuan,
termasuk rongga mulut yang kemudian akan berdampak pada kehidupannya. Masalah rongga
mulut yang sering timbul pada perempuan menopause adalah rasa tidak yaman pada
rongga mulut (oral discomfort) seperti rasa sakit, rasa panas atau rasa
terbakar akibat penipisan mukosa rongga mulut (burning mouth), atropi gingiva,
menopausal gingivostomatitis, dan penurunan produksi aliran saliva.
Hal tersebut mengakibatkan mulut terasa
kering (dry mouth) karena volume saliva yang berkurang dan juga meningkatnya
insidensi karies gigi, dysaesthesia, pengecapan berkurang, gingivitis, periodontitis,
dan osteoporosis tulang rahang.
Salah satu hormon steroid seks, yaitu
hormon estrogen, dapat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap proliferasi sel, diferensiasi dan pertumbuhan jaringan, termasuk
keratinosit dan fibroblast pada gingiva. Terdapat dua teori tentang aksi
hormon-hormon pada sel-sel gingiva, yaitu perubahan keefektifitasan barrier
epitel terhadap serangan bakteri dan berefek terhadap pemeliharaan dan
perbaikan kolagen. Tidak adanya hormon estrogen pada perempuan menopause dapat mengakibatkan
berbagai perubahan pada tubuh perempuan, salah satunya yaitu perubahan
kesehatan gingiva yang menurun dan seringkali menyebabkan terjadinya
peningkatan gingivitis dan penyakit periodontal.
Gingivitis merupakan inflamasi pada
gingiva yang bersifat reversibel sebagai respon terhadap pembentukan bakteri
plak yang terbatas pada gingiva dimana junctional epithelium tetap melekat pada
gigi. 5,6 Jika gingivitis yang terjadi dalam waktu yang lama dan tidak diberi
pengobatan, maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis karena
terjadinya inflamasi lanjut dari gingiva ke jaringan periodontal dan terjadinya
kehilangan perlekatan (loss of attachment) membrane periodontal terhadap gigi
akibat degradasi kolagen.
Langkah utama untuk perawatan gingivitis
yaitu dengan meningkatkan kebersihan rongga mulut, baik dengan pembersihan
secara mekanis seperti menyikat gigi dengan benar dan teratur, melakukan
perawatan skeling secara teratur, atau dengan tambahan penggunaan obat kumur
yang mengandung antiseptik. Salah satu upaya tambahan lainnya untuk
meningkatkan kebersihan mulut yaitu dengan mengunyah permen karet yang
mengandung bahan yang bermanfaat bagi kesehatan rongga mulut
(xylitol/probiotik) karena diyakini bahwa mengunyah permen karet dapat
membersihkan sisa-sisa makanan pada gigi, menstimulasi produksi alir saliva,
dan meningkatkan pH saliva dan plak, sehingga dapat menurunkan terjadinya
gingivitis dan periodontitis.
Menurut Healthy People 2010 dan World
Health Organization Global, permen karet dengan zat tambahan (probiotik, xylitol,
dll) yang digunakan sebagai medikasi, cukup efektif dan memiliki potensi untuk
meningkatkan status kesehatan mulut terhadap tercapainya tujuan kesehatan
mulut.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
terdapat penurunan tingkat inflamasi gingival sedang sampai berat dan penurunan
indeks plak pada orang dewasa setelah penggunaan rutin permen karet yang mengandung
probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang apabila diberikan
dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat kesehatan pada host (tuan rumah). Efek
probiotik terhadap kesehatan rongga mulut salah satunya dengan berkompetisi
melawan bakteri patogen penyebab penyakit periodontal dan menghambat pertumbuhan
bakteri patogen tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pengunyahan permen karet probiotik
terhadap gingivitis pada perempuan premeneopause dan menopause. Diharapkan,
probiotik yang terkandung dalam permen karet dapat mempengaruhi aktivitas
bakteri plak penyebab gingivitis sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan
rongga mulut khususnya pada gingiva.
2. RUMUSAN
MASALAH
2.1.
Bagaimanakah konsep penyakit terkait burning mouth?
2.2.
Bagaimanakah penatalaksanaaan burning mouth?
2.3.
Bagaimanakah diagnose keperawatan terkait burning mouth?
2.4.
Bagaimanakah intervensi masalah burning mouth?
2.5.Bagaimanakah
evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan terkait pengobatam burning mouth?
3. TUJUAN
3.1.
Tujuan umum:
Supaya
karya tulis ini bisa bermanfaat serta menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat.
3.2.
Tujuan khusus:
3.2.1.Sebagai
pemenuhan tugas Sistem Reproduksi
3.2.2.Agar
mahasiswa/i S1-Keperawatan Stikes Surabaya semester 4 bisa memahami semua yang
terkait burning mouth.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP
PENYAKIT
1.1.
DEFINISI
Sindrom
mulut terbakar (BMS) didefinisikan oleh Asosiasi Internasional sebagai
penelitian, bahwa nyeri yang terdapat pada kasus ini seperti terbakar di lidah
atau selaput lendir mulut lain yang terkait dengan tanda-tanda normal dan
temuan laboratorium. Kondisi ini sekarang dianggap menjadi intraoral bentuk
nyeri neuropatik.
Ada
kecenderungan untuk kondisi perempuan di menopause atau kelompok usia pascamenopause.
Prevalensi bervariasi 0,5-15% pada kelompok sasaran ini. pasien menderita melaporkan
sensasi terbakar yang konstan. Bagian yang paling sering dijumpai pada kasus
burning mouth adalah bagian anterior lidah meskipun bagian anterior palatum
keras dan mukosa labial dari wilayah bibir adalah situs umum lainnya sakit .
1.2.
ETIOLOGI
Konsentrasi rendah dari vitamin B
kompleks (terutama B12) , asam folat dan zat besi yang dapat diidentifikasi
dengan tes darah candidiasis oral (oral thrush) di mana plak putih kecil
(bintik) yang hadir pada mukosa beberapa pasien melaporkan terjadinya BMS
setelah peristiwa hidup yang signifikan (misalnya kematian/ pemisahan pasangan
atau shock emosional besar lainnya) mayoritas pasien BMS, bagaimanapun, adalah
idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
1.3.
PATOFISIOLOGI
Sindrom
mulut terbakar ditandai dengan rasa panas di lidah atau bagian mulut lain,
biasanya tanpa adanya temuan klinis dan laboratorium. Pasien yang terkena
sering hadir dengan beberapa keluhan lisan, termasuk rasa terbakar, kekeringan
dan perubahan rasa. Keluhan mulut terbakar dilaporkan lebih sering pada wanita,
terutama setelah menopause. Biasanya, pasien terbangun tanpa rasa sakit tetapi
perhatikan peningkatan gejala sepanjang hari dan malam.
Kondisi
yang telah dilaporkan dalam hubungan dengan sindrom mulut terbakar termasuk kecemasan
kronis atau depresi, berbagai kekurangan gizi, diabetes tipe 2 (sebelumnya
dikenal sebagai diabetes non -insulin-dependent) dan perubahan fungsi saliva. Namun,
kondisi ini belum konsisten dikaitkan dengan sindrom ini, dan pengobatan mereka
telah sedikit berdampak pada gejala mulut terbakar. Studi terbaru menunjukkan
disfungsi beberapa saraf kranial yang berhubungan dengan sensasi rasa sebagai
kemungkinan penyebab sindrom mulut terbakar.
1.4.
MANIFESTASI KLINIS
1.4.1.Nyeri
di mulut
1.4.2.Kesulitan
tidur
1.4.3.Rasa
panas pada lidah atau bagian mulut lain.
1.4.4.Mulut
terasa kering.
1.4.5.Perubahan
rasa.
1.4.6.Perubahan
hormone.
1.4.7.Faktor
sistemik dan local (glukosa darah tinggi)
1.4.8.Infeksi
kandidiasis (dalam kasus tertentu)
1.4.9.Disfungsi
psikologis
2. PENATALAKSANAAN
Possible
Causes and Management of Burning Mouth Symptoms
CONDITION
|
CHARACTERISTIC
PATTERN
|
MANAGEMENT
|
Mucosal disease
(e.g., lichen planus, candidiasis)
|
Variable
patternSensitivity with eating
|
Establish diagnosis
and treat mucosal condition.
|
Menopause
|
Onset associated with
climacteric symptoms
|
Hormone replacement
therapy (if otherwise indicated)
|
Nutritional
deficiency (e.g., vitamins B1, B2or B6, zinc, others)
|
More than one oral
site usually affectedPossibly, mucosal changes
|
Oral supplementation
|
Dry mouth (e.g., in
Sjögren's syndrome or subsequent to chemotherapy or radiation therapy);
altered salivary content
|
Alteration of taste Sensitivity
with eating
|
High fluid intake Sialagogue
|
Cranial nerve injury
|
Variable
patternUsually bilateralDecreased discomfort with eating
|
Central pain control:
benzodiazepine, tricyclic antidepressant, gabapentin (Neurontin)Local
desensitization: topical capsaicin
|
Medication effect
|
Onset related to time
of prescription
|
If possible, change
medication.
|
3. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3.1. Nyeri
b.d. keluhan nyeri secara verbal, gelisah.
3.2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan sensasi rasa.
3.3. Resiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. adanya faktor sistemik dan local.
3.4. Defisiensi
pengetahuan b.d. kurangnya sumber informasi.
3.5. Resiko
infeksi b.d. adanya kandidiasis mulut.
3.6. Ansietas
b.d. mengekpresikan ke khawatiran karena perubahan rasa, mulut kering, rasa
panas di lidah atau bagian mulut lain.
3.7. Gangguan
rasa nyaman b.d. rasa takut, gelisah, ansietas terhadap gejala terkait penyakit.
3.8. Ketidakefektifan
control impuls b.d. gangguan mood dan mudah marah.
4. INTERVENSI
Perawatan
meningkatkan asupan vitamin B, asam folat, zat besi dan penggunaan vitamin
suplemen, dan sebagainya dibawah pengawasan medis jika tes darah menkonfirmasi
rendah konsentrasi.
Berikan terapi
anti jamur topikal jika plak jamur melihat, konseling dengan psikologis untuk
shock emosional, tidak ada perawatan sederhana yang telah terbukti efektif di
sebagian besar pasien, bagaimanapun hal ini telah diambil pada dua studi kasus
pasien dengan membahas pendekatan individual yang diambil untuk setiap pasien.
Serta obat-obatan seperti yang tertera dalam tabel berikut:
Medical Management of Burning Mouth
Syndrome
MEDICATIONS
|
EXAMPLES OF SPECIFIC
AGENTS
|
COMMON DOSAGE RANGE*
|
PRESCRIPTION
|
Tricyclic
antidepressants
|
Amitriptyline
(Elavil)
|
10 to 150 mg per day
|
10 mg at bedtime;
increase dosage by 10 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved or
side effects occur
|
Nortriptyline
(Pamelor)
|
|||
Benzodiazepins
|
Clonazepam (Klonopin)
|
0.25 to 2 mg per day
|
0.25 mg at bedtime;
increase dosage by 0.25 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved
or side effects occur; as dosage increases, medication is taken as full dose
or in three divided doses
|
Chlordiazepoxide
(Librium)
|
10 to 30 mg per day
|
5 mg at bedtime;
increase dosage by 5 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved or
side effects occur; as dosage increases, medication is taken in three divided
doses
|
|
Anticonvulsants
|
Gabapentin (Neurontin)
|
300 to 1,600 mg per
day
|
100 mg at bedtime;
increase dosage by 100 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved or
side effects occur; as dosage increases, medication is taken in three divided
doses
|
Capsaicin
|
Hot pepper and water
|
Variable (see next
column)
|
Rinse mouth with 1
teaspoon of a 1:2 dilution (or higher) of hot pepper and water; increase
strength of capsaicin as tolerated to a maximum of 1:1 dilution.
|
*—Burning
mouth pain usually responds to dosages in the lower part of the given ranges. Some
patients empirically appear to respond better to low-dose combinations of the
medications in this table.
5. EVALUASI
5.1. Evaluasi
timbulnya nyeri
5.2. Evaluasi
terjadinya infeksi
5.3. Evaluasi
perubahan intensitas persepsi rasa
5.4. Evaluasi
glukosa darah
5.5. Evaluasi
respon pasien (ansietas, gelisah, gangguan mood, mudah marah)
5.6. Evaluasi
fungsi saliva
BAB III
PENUTUPAN
1. KESIMPULAN
Sindrom
mulut terbakar telah didefinisikan sebagai rasa sakit terbakar di lidah atau
selaput lendir mulut, biasanya tanpa disertai klinis dan laboratorium findings.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti telah diperdebatkan definisi
ini, dengan alasan bahwa itu terlalu ketat dan menunjukkan bahwa sindrom
mungkin ada kebetulan dengan conditions.
Sindrom
mulut terbakar ditandai dengan rasa panas di lidah atau mulut situs lain,
biasanya tanpa adanya temuan klinis dan laboratorium. Pasien yang terkena
sering hadir dengan beberapa keluhan lisan, termasuk pembakaran, kekeringan dan
rasa perubahan. Membakar keluhan mulut dilaporkan lebih sering pada wanita,
terutama setelah menopause.
Biasanya,
pasien terbangun tanpa rasa sakit tetapi perhatikan peningkatan gejala
sepanjang hari dan malam. Kondisi yang telah dilaporkan dalam hubungan dengan
sindrom mulut terbakar termasuk kecemasan kronis atau depresi, berbagai kekurangan
gizi, diabetes tipe 2 (sebelumnya dikenal sebagai diabetes non
-insulin-dependent) dan perubahan fungsi saliva.
Namun,
kondisi ini belum konsisten dikaitkan dengan sindrom ini, dan pengobatan mereka
telah sedikit berdampak pada pembakaran gejala mulut. Studi terbaru menunjukkan
disfungsi beberapa saraf kranial yang berhubungan dengan sensasi rasa sebagai
kemungkinan penyebab sindrom mulut terbakar . Diberikan dalam dosis rendah,
benzodiazepine, antidepresan trisiklik atau antikonvulsan mungkin efektif pada
pasien dengan sindrom mulut terbakar. Capsaicin topikal telah digunakan pada
beberapa pasien .
2. KRITIK
DAN SARAN
Baik penanganan,
penyebab terkait burning mouth masih belum jelas spesifik baik di Indonesia
maupun dunia, semoga kedepannya bisa lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Scully, Crispian (2008). Oral and
maxillofacial medicine : the basis of diagnosis and treatment (2nd
ed. ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone. pp. 171–175. ISBN 9780443068188.
Jump
up^ Rapini, Ronald P.; Bolognia, Jean L.; Jorizzo,
Joseph L. (2007). Dermatology: 2-Volume Set. St. Louis: Mosby. ISBN 1-4160-2999-0.
Zakrzewska, JM; Forssell, H; Glenny, AM (Jan
25, 2005). "Interventions for the treatment of burning mouth
syndrome.". Cochrane database of systematic reviews
(Online) (1): CD002779.doi:10.1002/14651858.CD002779.pub2. PMID 15674897
James, William D.; Berger, Timothy G.; et al.
(2006). Andrews' Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. Saunders
Elsevier. p. 63. ISBN 0-7216-2921-0.
Jump
up to:a b c d e f g h i j k l m n o p q Bouquot,
Brad W. Neville , Douglas D. Damm, Carl M. Allen, Jerry E. (2002). Oral
& maxillofacial pathology (2. ed. ed.). Philadelphia: W.B. Saunders.
pp. 752–753. ISBN 0721690033.
Mock,David;Chugh,Deepika(1March2010). "BurningMouthSyndrome". InternationalJournalofOralScience 2 (1):14.doi:10.4248/IJOS10008. PMC 3475590. PMID 20690412.
Jump
up to:a b "Classification
of Chronic Pain, Part II, B. Relatively Localized Syndromes of the Head and
Neck; GROUP IV: LESIONS OF THE EAR, NOSE, AND ORAL CAVITY".
IASP. Retrieved 7 May 2013.
Jump
up to:a b c Maltsman-Tseikhin,
A; Moricca, P; Niv, D (June 2007). "Burning mouth syndrome: will better
understanding yield better management?". Pain practice : the
official journal of World Institute of Pain 7 (2): 151–62. doi:10.1111/j.1533-2500.2007.00124.x. PMID 17559486.
Jump
up to:a b Balasubramaniam,
R; Klasser, GD; Delcanho, R (December 2009). "Separating oral burning from
burning mouth syndrome: unravelling a diagnostic enigma.". Australiandentaljournal 54 (4):293s/d239. doi:10.1111/J.1837819.2009.01153.x. PMID 20415926.
Jump
up^ Porter, R.A. Cawson, E.W. Odell ; avec la
collab. de S. (2002). Cawsonś essentials of oral pathology and oral
medicine. (7. ed. ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone.
p. 216. ISBN 0443071063.
Jump
up^ Aggarwal, VR; Lovell, K; Peters, S; Javidi, H;
Joughin, A; Goldthorpe, J (Nov 9, 2011). "Psychosocial interventions for
the management of chronic orofacial pain.".Cochrane database of systematic
reviews (Online) (11): CD008456.doi:10.1002/14651858.CD008456.pub2. PMID 22071849.
Jump
up to:a b "2nd
Edition of The International Headache Classification (ICHD-2)".
International Headache Society. Retrieved 7 May 2013.
Jump
up to:a b c d e Treister,
Jean M. Bruch, Nathaniel S. (2010). Clinical oral medicine and pathology.
New York: Humana Press. pp. 137–138. ISBN 978-1-60327-519-4.
Jump
up to:a b c d e f g Coulthard
[et al.], P (2008). Master dentistry. (2nd ed. ed.). Edinburgh:
Churchill Livingstone/Elsevier. pp. 231–232. ISBN 9780443068966.
Jump
up to:a b c d e Glick,
Martin S. Greenberg, Michael (2003). Burket's oral medicine diagnosis
& treatment (10th ed. ed.). Hamilton, Ont.: BC Decker.
pp. 332–333.ISBN 1550091867.
Jump
up to:a b c d e f g h Kalantzis,
Crispian Scully, Athanasios (2005). Oxford handbook of dental patient
care (2nd ed. ed.). New York: Oxford University Press. p. 302.ISBN 9780198566236.
Jump
up to:a b c d Scully
C (2013). Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis
and treatment (3rd ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone.
pp. 249–253.ISBN 9780702049484.
Jump
up to:a b c d e Grushka,
M; Epstein, JB; Gorsky, M (Feb 15, 2002). "Burning mouth
syndrome.". American family physician 65 (4): 615–20. PMID 11871678.
Jump
up^ Zakrzewska, JM (Apr 25, 2013).
"Multi-dimensionality of chronic pain of the oral cavity and
face.". The journal of headache and pain 14 (1): 37. doi:10.1186/1129-2377-14-37. PMID 23617409.
Jump
up^ "Burning Mouth Syndrome as the Initial Sign of
Multiple Myeloma." Burning Mouth Syndrome as the Initial Sign of Multiple
Myeloma. N.p., Jan. 2004. Web. 31 Jan. 2014. <http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1741940903000062>.
Jump
up^ Greenberg MS; Glick M; Ship JA. Burket's Oral
Medicine. 11th edition. 2012
Merskey H, Bogduk N, eds. Classification of chronic
pain: descriptions of chronic pain syndromes and definitions of pain
terms/prepared by the Task Force on Taxonomy of the International Association
for the Study of Pain. 2d ed. Seattle: IASP, 1994:742.
Grinspan D, Fernandez Blanco G, Allevato MA, Stengel
FM. Burning mouth syndrome. Int J Dermatol. 1995;34:483–7.
Grushka M, Epstein J, Mott A. An open-label, dose
escalation pilot study of the effect of clonazepam in burning mouth
syndrome. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod.
1998;86:557–61.
Zakrzewska JM. The burning mouth syndrome remains an
enigma [Editorial]. Pain. 1995;62:253–7.
Ship JA, Grushka M, Lipton JA, Mott AE, Sessle BJ,
Dionne RA. Burning mouth syndrome: an update. J Am Dent Assoc.
1995;126:842–53.
Ben Aryeh H, Gottlieb I, Ish-Shalom S, David A,
Szargel H, Laufer D. Oral complaints related to menopause. Maturitas.
1996;24:185–9.
Klausner JJ. Epidemiology of chronic facial pain:
diagnostic usefulness in patient care. J Am Dent Assoc. 1994;125:1604–11.
Grushka M. Clinical features of burning mouth
syndrome. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1987;63:30–6.
Svensson P, Kaaber S. General health factors and
denture function in patients with burning mouth syndrome and matched control
subjects. J Oral Rehabil. 1995;22:887–95.
Gilpin SF. Glossodynia. JAMA. 1936;106:1722–4.
Grushka M, Kawalec J, Epstein JB. Burning mouth
syndrome: evolving concepts. Oral Maxillofac Surg Clin North Am.
2000;12:287–95.
Rojo L, Silvestre FJ, Bagan JV, De Vicente T.
Psychiatric morbidity in burning mouth syndrome. Psychiatric interview versus
depression and anxiety scales. Oral Surg Oral Med Oral Pathol.
1993;75:308–11.
Gorsky M, Silverman S, Chinn H. Clinical
characteristics and management outcome in the burning mouth syndrome. An open
study of 130 patients. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1991;72:192–5.
Levy LM, Henkin RI. Human taste phantoms can be
related to specific regional areas of decreased brain γ-aminobutyric acid
(GABA) by magnetic resonance spectroscopy (MRS) [Abstract]. Paper presented at
Biomedicine '98. Medical Research from Bench to Bedside. Washington, D.C., May
1–3, 1998. J Investig Med. 1998;46:219A.
Basker RM, Sturdee DW, Davenport JC. Patients with
burning mouths. A clinical investigation of causative factors, including the
climacteric and diabetes. Br Dent J. 1978;145:9–16.
American Dental Association status report on the
occurrence of galvanic corrosion in the mouth and its potential effects.
Council on Dental Materials, Instruments, and Equipment. J Am Dent Assoc.
1987;115:783–7.
Forabosco A, Criscuolo M, Coukos G, Uccelli E,
Weinstein R, Spinato S, et al. Efficacy of hormone replacement therapy in
postmenopausal women with oral discomfort.Oral Surg Oral Med Oral Pathol.
1992;73:570–4.
Bartoshuk LM, Duffy VB, Miller IJ. PTC/PROP tasting:
anatomy, psychophysics, and sex effects.Physiol Behav.
1994;56:1165–71.[Published erratum appears in Physiol Behav 1995;58:203]
Bartoshuk LM, Grushka M, Duffy VB, Fast L, Lucchina L,
Prutkin J, et al. Burning mouth syndrome: damage to CN VII and pain phantoms in
CN V [Abstract]. Chem Senses. 1999;24:609.
Whitehead MC, Beeman CS, Kinsella BA. Distribution of
taste and general sensory nerve endings in fungiform papillae of the
hamster. Am J Anat. 1985;173:185–201.
Lucchina LA, Duffy VB. Spatial taste loss
associated with aging [Abstract]. Chem Senses. 1996,21:636.
Yanagisawa L, Bartoshuk LM, Catalanotto FA,
Karrer TA, Kveton JF. Anesthesia of the chorda tympani nerve and taste
phantoms. Physiol Behav. 1998;63:329–35.
Drucker CR, Johnson TM. Captopril glossopyrosis
[Letter]. Arch Dermatol. 1989;125:1437–8.
Brown R, Krakow AM, Douglas T, Chokki SK. ‘Scalded
mouth syndrome’ caused by angiotensin converting enzyme inhibitors. Oral
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 1997;83:665–7.
Savino LB, Haushalter NM. Lisinopril-induced ‘scalded
mouth syndrome’. Ann Pharmacother. 1992;26:1381–2.
Woda A, Navez ML, Picard P, Gremeau C, Pichard-Leandri
E. A possible therapeutic solution for stomatodynia (burning mouth
syndrome). J Orofac Pain. 1998;12:272–8.
Sharav Y, Singer E, Schmidt E, Dionne RA, Dubner R.
The analgesic effect of amitriptyline on chronic facial pain. Pain.
1987;31:199–209.
Grushka M, Bartoshuk LM. Burning mouth syndrome and
oral dysesthesias. Can J Diagnos. 2000;June:99–109.
Tammiala-Salonen T, Forssell H. Trazodone in
burning mouth pain: a placebo-controlled, double-blind study. J Orofac
Pain. 1999;13:83–8.
Katzung BG, Trevor AJ. Pharmacology: examination &
board review. 4th ed. Norwalk, Conn.: Appleton & Lange, 1995:214–8.
Epstein JB, Marcoe JH. Topical application of
capsaicin for treatment of oral neuropathic pain and trigeminal
neuralgia. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1994;77:135–40.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar