Selasa, 13 Mei 2014

Asuhan Keperawatan Bourning Mouth

BAB  I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup rata-rata perempuan Indonesia pada tahun 1997 mencapai 66 tahun sedangkan pada tahun 2000 mencapai 69 tahun. Dengan usia harapan hidup yang meningkat tersebut, berarti semakin banyak perempuan Indonesia yang berada pada masa menopause sehingga kualitas hidup perempuan Indonesia harus mendapat perhatian. Menopause merupakan proses fisiologis pada perempuan yang biasa terjadi pada usia antara 47-55 tahun, ditandai dengan berhentinya menstruasi sebagai akibat berhentinya produksi hormon estrogen utama oleh ovarium.
Sebelum masa menopause setiap perempuan akan memasuki masa pre-menopause setelah usia 40 tahun, biasanya terjadi selama 3-5 tahun sebelum masa menopause, ditandai dengan tidak teraturnya siklus menstruasi dan atau volume menstruasi yang meningkat atau menurun serta mudah mengalami stress. Menopause dan berkurangnya produksi steroid ovarium diketahui berperan penting terhadap perubahan pada jaringan ikat. Menurunnya kadar estrogen darah pada perempuan menopause memicu perubahan pada tubuh perempuan, termasuk rongga mulut yang kemudian akan berdampak pada kehidupannya. Masalah rongga mulut yang sering timbul pada perempuan menopause adalah rasa tidak yaman pada rongga mulut (oral discomfort) seperti rasa sakit, rasa panas atau rasa terbakar akibat penipisan mukosa rongga mulut (burning mouth), atropi gingiva, menopausal gingivostomatitis, dan penurunan produksi aliran saliva.
Hal tersebut mengakibatkan mulut terasa kering (dry mouth) karena volume saliva yang berkurang dan juga meningkatnya insidensi karies gigi, dysaesthesia, pengecapan berkurang, gingivitis, periodontitis, dan osteoporosis tulang rahang.
Salah satu hormon steroid seks, yaitu hormon estrogen, dapat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap proliferasi sel, diferensiasi dan pertumbuhan jaringan, termasuk keratinosit dan fibroblast pada gingiva. Terdapat dua teori tentang aksi hormon-hormon pada sel-sel gingiva, yaitu perubahan keefektifitasan barrier epitel terhadap serangan bakteri dan berefek terhadap pemeliharaan dan perbaikan kolagen. Tidak adanya hormon estrogen pada perempuan menopause dapat mengakibatkan berbagai perubahan pada tubuh perempuan, salah satunya yaitu perubahan kesehatan gingiva yang menurun dan seringkali menyebabkan terjadinya peningkatan gingivitis dan penyakit periodontal.
Gingivitis merupakan inflamasi pada gingiva yang bersifat reversibel sebagai respon terhadap pembentukan bakteri plak yang terbatas pada gingiva dimana junctional epithelium tetap melekat pada gigi. 5,6 Jika gingivitis yang terjadi dalam waktu yang lama dan tidak diberi pengobatan, maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis karena terjadinya inflamasi lanjut dari gingiva ke jaringan periodontal dan terjadinya kehilangan perlekatan (loss of attachment) membrane periodontal terhadap gigi akibat degradasi kolagen.
Langkah utama untuk perawatan gingivitis yaitu dengan meningkatkan kebersihan rongga mulut, baik dengan pembersihan secara mekanis seperti menyikat gigi dengan benar dan teratur, melakukan perawatan skeling secara teratur, atau dengan tambahan penggunaan obat kumur yang mengandung antiseptik. Salah satu upaya tambahan lainnya untuk meningkatkan kebersihan mulut yaitu dengan mengunyah permen karet yang mengandung bahan yang bermanfaat bagi kesehatan rongga mulut (xylitol/probiotik) karena diyakini bahwa mengunyah permen karet dapat membersihkan sisa-sisa makanan pada gigi, menstimulasi produksi alir saliva, dan meningkatkan pH saliva dan plak, sehingga dapat menurunkan terjadinya gingivitis dan periodontitis.
Menurut Healthy People 2010 dan World Health Organization Global, permen karet dengan zat tambahan (probiotik, xylitol, dll) yang digunakan sebagai medikasi, cukup efektif dan memiliki potensi untuk meningkatkan status kesehatan mulut terhadap tercapainya tujuan kesehatan mulut.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat inflamasi gingival sedang sampai berat dan penurunan indeks plak pada orang dewasa setelah penggunaan rutin permen karet yang mengandung probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang apabila diberikan dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat kesehatan pada host (tuan rumah). Efek probiotik terhadap kesehatan rongga mulut salah satunya dengan berkompetisi melawan bakteri patogen penyebab penyakit periodontal dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pengunyahan permen karet probiotik terhadap gingivitis pada perempuan premeneopause dan menopause. Diharapkan, probiotik yang terkandung dalam permen karet dapat mempengaruhi aktivitas bakteri plak penyebab gingivitis sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan rongga mulut khususnya pada gingiva.

2.      RUMUSAN MASALAH
2.1. Bagaimanakah konsep penyakit terkait burning mouth?
2.2. Bagaimanakah penatalaksanaaan burning mouth?
2.3. Bagaimanakah diagnose keperawatan terkait burning mouth?
2.4. Bagaimanakah intervensi masalah burning mouth?
2.5.Bagaimanakah evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan terkait pengobatam burning mouth?

3.      TUJUAN
3.1. Tujuan umum:
Supaya karya tulis ini bisa bermanfaat serta menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat.
3.2. Tujuan khusus:
3.2.1.Sebagai pemenuhan tugas Sistem Reproduksi
3.2.2.Agar mahasiswa/i S1-Keperawatan Stikes Surabaya semester 4 bisa memahami semua yang terkait burning mouth.























BAB  II
PEMBAHASAN


1.      KONSEP PENYAKIT
1.1. DEFINISI
Sindrom mulut terbakar (BMS) didefinisikan oleh Asosiasi Internasional sebagai penelitian, bahwa nyeri yang terdapat pada kasus ini seperti terbakar di lidah atau selaput lendir mulut lain yang terkait dengan tanda-tanda normal dan temuan laboratorium. Kondisi ini sekarang dianggap menjadi intraoral bentuk nyeri neuropatik.
Ada kecenderungan untuk kondisi perempuan di menopause atau kelompok usia pascamenopause. Prevalensi bervariasi 0,5-15% pada kelompok sasaran ini. pasien menderita melaporkan sensasi terbakar yang konstan. Bagian yang paling sering dijumpai pada kasus burning mouth adalah bagian anterior lidah meskipun bagian anterior palatum keras dan mukosa labial dari wilayah bibir  adalah situs umum lainnya sakit .

1.2. ETIOLOGI
Konsentrasi rendah dari vitamin B kompleks (terutama B12) , asam folat dan zat besi yang dapat diidentifikasi dengan tes darah candidiasis oral (oral thrush) di mana plak putih kecil (bintik) yang hadir pada mukosa beberapa pasien melaporkan terjadinya BMS setelah peristiwa hidup yang signifikan (misalnya kematian/ pemisahan pasangan atau shock emosional besar lainnya) mayoritas pasien BMS, bagaimanapun, adalah idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).


1.3. PATOFISIOLOGI
Sindrom mulut terbakar ditandai dengan rasa panas di lidah atau bagian mulut lain, biasanya tanpa adanya temuan klinis dan laboratorium. Pasien yang terkena sering hadir dengan beberapa keluhan lisan, termasuk rasa terbakar, kekeringan dan perubahan rasa. Keluhan mulut terbakar dilaporkan lebih sering pada wanita, terutama setelah menopause. Biasanya, pasien terbangun tanpa rasa sakit tetapi perhatikan peningkatan gejala sepanjang hari dan malam.
Kondisi yang telah dilaporkan dalam hubungan dengan sindrom mulut terbakar termasuk kecemasan kronis atau depresi, berbagai kekurangan gizi, diabetes tipe 2 (sebelumnya dikenal sebagai diabetes non -insulin-dependent) dan perubahan fungsi saliva. Namun, kondisi ini belum konsisten dikaitkan dengan sindrom ini, dan pengobatan mereka telah sedikit berdampak pada gejala mulut terbakar. Studi terbaru menunjukkan disfungsi beberapa saraf kranial yang berhubungan dengan sensasi rasa sebagai kemungkinan penyebab sindrom mulut terbakar.

1.4. MANIFESTASI KLINIS
1.4.1.Nyeri di mulut
1.4.2.Kesulitan tidur
1.4.3.Rasa panas pada lidah atau bagian mulut lain.
1.4.4.Mulut terasa kering.
1.4.5.Perubahan rasa.
1.4.6.Perubahan hormone.
1.4.7.Faktor sistemik dan local (glukosa darah tinggi)
1.4.8.Infeksi kandidiasis (dalam kasus tertentu)
1.4.9.Disfungsi psikologis




2.      PENATALAKSANAAN
Possible Causes and Management of Burning Mouth Symptoms
CONDITION
CHARACTERISTIC PATTERN
MANAGEMENT
Mucosal disease (e.g., lichen planus, candidiasis)
Variable patternSensitivity with eating
Establish diagnosis and treat mucosal condition.
Menopause
Onset associated with climacteric symptoms
Hormone replacement therapy (if otherwise indicated)
Nutritional deficiency (e.g., vitamins B1, B2or B6, zinc, others)
More than one oral site usually affectedPossibly, mucosal changes
Oral supplementation
Dry mouth (e.g., in Sjögren's syndrome or subsequent to chemotherapy or radiation therapy); altered salivary content
Alteration of taste Sensitivity with eating
High fluid intake Sialagogue
Cranial nerve injury
Variable patternUsually bilateralDecreased discomfort with eating
Central pain control: benzodiazepine, tricyclic antidepressant, gabapentin (Neurontin)Local desensitization: topical capsaicin
Medication effect
Onset related to time of prescription
If possible, change medication.

3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.1.   Nyeri b.d. keluhan nyeri secara verbal, gelisah.
3.2.   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan sensasi rasa.
3.3.   Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. adanya faktor sistemik dan local.
3.4.   Defisiensi pengetahuan b.d. kurangnya sumber informasi.
3.5.   Resiko infeksi b.d. adanya kandidiasis mulut.
3.6.   Ansietas b.d. mengekpresikan ke khawatiran karena perubahan rasa, mulut kering, rasa panas di lidah atau bagian mulut lain.
3.7.   Gangguan rasa nyaman b.d. rasa takut, gelisah, ansietas terhadap gejala terkait penyakit.
3.8.   Ketidakefektifan control impuls b.d. gangguan mood dan mudah marah.

4.      INTERVENSI
Perawatan meningkatkan asupan vitamin B, asam folat, zat besi dan penggunaan vitamin suplemen, dan sebagainya dibawah pengawasan medis jika tes darah menkonfirmasi rendah konsentrasi.
Berikan terapi anti jamur topikal jika plak jamur melihat, konseling dengan psikologis untuk shock emosional, tidak ada perawatan sederhana yang telah terbukti efektif di sebagian besar pasien, bagaimanapun hal ini telah diambil pada dua studi kasus pasien dengan membahas pendekatan individual yang diambil untuk setiap pasien. Serta obat-obatan seperti yang tertera dalam tabel berikut:
Medical Management of Burning Mouth Syndrome
MEDICATIONS
EXAMPLES OF SPECIFIC AGENTS
COMMON DOSAGE RANGE*
PRESCRIPTION
Tricyclic antidepressants
Amitriptyline (Elavil)
10 to 150 mg per day
10 mg at bedtime; increase dosage by 10 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved or side effects occur
Nortriptyline (Pamelor)
Benzodiazepins
Clonazepam (Klonopin)
0.25 to 2 mg per day
0.25 mg at bedtime; increase dosage by 0.25 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved or side effects occur; as dosage increases, medication is taken as full dose or in three divided doses
Chlordiazepoxide (Librium)
10 to 30 mg per day
5 mg at bedtime; increase dosage by 5 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved or side effects occur; as dosage increases, medication is taken in three divided doses
Anticonvulsants
Gabapentin (Neurontin)
300 to 1,600 mg per day
100 mg at bedtime; increase dosage by 100 mg every 4 to 7 days until oral burning is relieved or side effects occur; as dosage increases, medication is taken in three divided doses
Capsaicin
Hot pepper and water
Variable (see next column)
Rinse mouth with 1 teaspoon of a 1:2 dilution (or higher) of hot pepper and water; increase strength of capsaicin as tolerated to a maximum of 1:1 dilution.

*—Burning mouth pain usually responds to dosages in the lower part of the given ranges. Some patients empirically appear to respond better to low-dose combinations of the medications in this table.

5.      EVALUASI
5.1.   Evaluasi timbulnya nyeri
5.2.   Evaluasi terjadinya infeksi
5.3.   Evaluasi perubahan intensitas persepsi rasa
5.4.   Evaluasi glukosa darah
5.5.   Evaluasi respon pasien (ansietas, gelisah, gangguan mood, mudah marah)
5.6.   Evaluasi fungsi saliva







BAB  III
PENUTUPAN

1.      KESIMPULAN
Sindrom mulut terbakar telah didefinisikan sebagai rasa sakit terbakar di lidah atau selaput lendir mulut, biasanya tanpa disertai klinis dan laboratorium findings. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti telah diperdebatkan definisi ini, dengan alasan bahwa itu terlalu ketat dan menunjukkan bahwa sindrom mungkin ada kebetulan dengan conditions.
Sindrom mulut terbakar ditandai dengan rasa panas di lidah atau mulut situs lain, biasanya tanpa adanya temuan klinis dan laboratorium. Pasien yang terkena sering hadir dengan beberapa keluhan lisan, termasuk pembakaran, kekeringan dan rasa perubahan. Membakar keluhan mulut dilaporkan lebih sering pada wanita, terutama setelah menopause.
Biasanya, pasien terbangun tanpa rasa sakit tetapi perhatikan peningkatan gejala sepanjang hari dan malam. Kondisi yang telah dilaporkan dalam hubungan dengan sindrom mulut terbakar termasuk kecemasan kronis atau depresi, berbagai kekurangan gizi, diabetes tipe 2 (sebelumnya dikenal sebagai diabetes non -insulin-dependent) dan perubahan fungsi saliva.
Namun, kondisi ini belum konsisten dikaitkan dengan sindrom ini, dan pengobatan mereka telah sedikit berdampak pada pembakaran gejala mulut. Studi terbaru menunjukkan disfungsi beberapa saraf kranial yang berhubungan dengan sensasi rasa sebagai kemungkinan penyebab sindrom mulut terbakar . Diberikan dalam dosis rendah, benzodiazepine, antidepresan trisiklik atau antikonvulsan mungkin efektif pada pasien dengan sindrom mulut terbakar. Capsaicin topikal telah digunakan pada beberapa pasien .
2.      KRITIK DAN SARAN
Baik penanganan, penyebab terkait burning mouth masih belum jelas spesifik baik di Indonesia maupun dunia, semoga kedepannya bisa lebih spesifik.
DAFTAR  PUSTAKA


Scully, Crispian (2008). Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis and treatment (2nd ed. ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone. pp. 171–175. ISBN 9780443068188.
Jump up^ Rapini, Ronald P.; Bolognia, Jean L.; Jorizzo, Joseph L. (2007). Dermatology: 2-Volume Set. St. Louis: Mosby. ISBN 1-4160-2999-0.
Zakrzewska, JM; Forssell, H; Glenny, AM (Jan 25, 2005). "Interventions for the treatment of burning mouth syndrome.". Cochrane database of systematic reviews (Online) (1): CD002779.doi:10.1002/14651858.CD002779.pub2PMID 15674897
James, William D.; Berger, Timothy G.; et al. (2006). Andrews' Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. Saunders Elsevier. p. 63. ISBN 0-7216-2921-0.
Jump up to:a b c d e f g h i j k l m n o p q Bouquot, Brad W. Neville , Douglas D. Damm, Carl M. Allen, Jerry E. (2002). Oral & maxillofacial pathology (2. ed. ed.). Philadelphia: W.B. Saunders. pp. 752–753. ISBN 0721690033.
Mock,David;Chugh,Deepika(1March2010). "BurningMouthSyndrome". InternationalJournalofOralScience 2 (1):14.doi:10.4248/IJOS10008PMC 3475590PMID 20690412.
Jump up to:a b c Maltsman-Tseikhin, A; Moricca, P; Niv, D (June 2007). "Burning mouth syndrome: will better understanding yield better management?". Pain practice : the official journal of World Institute of Pain 7 (2): 151–62. doi:10.1111/j.1533-2500.2007.00124.xPMID 17559486.
Jump up to:a b Balasubramaniam, R; Klasser, GD; Delcanho, R (December 2009). "Separating oral burning from burning mouth syndrome: unravelling a diagnostic enigma.". Australiandentaljournal 54 (4):293s/d239. doi:10.1111/J.1837819.2009.01153.xPMID 20415926.
Jump up^ Porter, R.A. Cawson, E.W. Odell ; avec la collab. de S. (2002). Cawsonś essentials of oral pathology and oral medicine. (7. ed. ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone. p. 216. ISBN 0443071063.
Jump up^ Aggarwal, VR; Lovell, K; Peters, S; Javidi, H; Joughin, A; Goldthorpe, J (Nov 9, 2011). "Psychosocial interventions for the management of chronic orofacial pain.".Cochrane database of systematic reviews (Online) (11): CD008456.doi:10.1002/14651858.CD008456.pub2PMID 22071849.
Jump up to:a b "2nd Edition of The International Headache Classification (ICHD-2)". International Headache Society. Retrieved 7 May 2013.
Jump up to:a b c d e Treister, Jean M. Bruch, Nathaniel S. (2010). Clinical oral medicine and pathology. New York: Humana Press. pp. 137–138. ISBN 978-1-60327-519-4.
Jump up to:a b c d e f g Coulthard [et al.], P (2008). Master dentistry. (2nd ed. ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone/Elsevier. pp. 231–232. ISBN 9780443068966.
Jump up to:a b c d e Glick, Martin S. Greenberg, Michael (2003). Burket's oral medicine diagnosis & treatment (10th ed. ed.). Hamilton, Ont.: BC Decker. pp. 332–333.ISBN 1550091867.
Jump up to:a b c d e f g h Kalantzis, Crispian Scully, Athanasios (2005). Oxford handbook of dental patient care (2nd ed. ed.). New York: Oxford University Press. p. 302.ISBN 9780198566236.
Jump up to:a b c d Scully C (2013). Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis and treatment (3rd ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone. pp. 249–253.ISBN 9780702049484.
Jump up to:a b c d e Grushka, M; Epstein, JB; Gorsky, M (Feb 15, 2002). "Burning mouth syndrome.". American family physician 65 (4): 615–20. PMID 11871678.
Jump up^ Zakrzewska, JM (Apr 25, 2013). "Multi-dimensionality of chronic pain of the oral cavity and face.". The journal of headache and pain 14 (1): 37. doi:10.1186/1129-2377-14-37PMID 23617409.
Jump up^ "Burning Mouth Syndrome as the Initial Sign of Multiple Myeloma." Burning Mouth Syndrome as the Initial Sign of Multiple Myeloma. N.p., Jan. 2004. Web. 31 Jan. 2014. <http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1741940903000062>.
Jump up^ Greenberg MS; Glick M; Ship JA. Burket's Oral Medicine. 11th edition. 2012
Merskey H, Bogduk N, eds. Classification of chronic pain: descriptions of chronic pain syndromes and definitions of pain terms/prepared by the Task Force on Taxonomy of the International Association for the Study of Pain. 2d ed. Seattle: IASP, 1994:742.
Grinspan D, Fernandez Blanco G, Allevato MA, Stengel FM. Burning mouth syndrome. Int J Dermatol. 1995;34:483–7.
Grushka M, Epstein J, Mott A. An open-label, dose escalation pilot study of the effect of clonazepam in burning mouth syndrome. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 1998;86:557–61.
Zakrzewska JM. The burning mouth syndrome remains an enigma [Editorial]. Pain. 1995;62:253–7.
Ship JA, Grushka M, Lipton JA, Mott AE, Sessle BJ, Dionne RA. Burning mouth syndrome: an update. J Am Dent Assoc. 1995;126:842–53.
Ben Aryeh H, Gottlieb I, Ish-Shalom S, David A, Szargel H, Laufer D. Oral complaints related to menopause. Maturitas. 1996;24:185–9.
Klausner JJ. Epidemiology of chronic facial pain: diagnostic usefulness in patient care. J Am Dent Assoc. 1994;125:1604–11.
Grushka M. Clinical features of burning mouth syndrome. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1987;63:30–6.
Svensson P, Kaaber S. General health factors and denture function in patients with burning mouth syndrome and matched control subjects. J Oral Rehabil. 1995;22:887–95.
Gilpin SF. Glossodynia. JAMA. 1936;106:1722–4.
Grushka M, Kawalec J, Epstein JB. Burning mouth syndrome: evolving concepts. Oral Maxillofac Surg Clin North Am. 2000;12:287–95.
Rojo L, Silvestre FJ, Bagan JV, De Vicente T. Psychiatric morbidity in burning mouth syndrome. Psychiatric interview versus depression and anxiety scales. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1993;75:308–11.
Gorsky M, Silverman S, Chinn H. Clinical characteristics and management outcome in the burning mouth syndrome. An open study of 130 patients. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1991;72:192–5.
Levy LM, Henkin RI. Human taste phantoms can be related to specific regional areas of decreased brain γ-aminobutyric acid (GABA) by magnetic resonance spectroscopy (MRS) [Abstract]. Paper presented at Biomedicine '98. Medical Research from Bench to Bedside. Washington, D.C., May 1–3, 1998. J Investig Med. 1998;46:219A.
Basker RM, Sturdee DW, Davenport JC. Patients with burning mouths. A clinical investigation of causative factors, including the climacteric and diabetes. Br Dent J. 1978;145:9–16.
American Dental Association status report on the occurrence of galvanic corrosion in the mouth and its potential effects. Council on Dental Materials, Instruments, and Equipment. J Am Dent Assoc. 1987;115:783–7.
Forabosco A, Criscuolo M, Coukos G, Uccelli E, Weinstein R, Spinato S, et al. Efficacy of hormone replacement therapy in postmenopausal women with oral discomfort.Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1992;73:570–4.
Bartoshuk LM, Duffy VB, Miller IJ. PTC/PROP tasting: anatomy, psychophysics, and sex effects.Physiol Behav. 1994;56:1165–71.[Published erratum appears in Physiol Behav 1995;58:203]
Bartoshuk LM, Grushka M, Duffy VB, Fast L, Lucchina L, Prutkin J, et al. Burning mouth syndrome: damage to CN VII and pain phantoms in CN V [Abstract]. Chem Senses. 1999;24:609.
Whitehead MC, Beeman CS, Kinsella BA. Distribution of taste and general sensory nerve endings in fungiform papillae of the hamster. Am J Anat. 1985;173:185–201.
 Lucchina LA, Duffy VB. Spatial taste loss associated with aging [Abstract]. Chem Senses. 1996,21:636.
 Yanagisawa L, Bartoshuk LM, Catalanotto FA, Karrer TA, Kveton JF. Anesthesia of the chorda tympani nerve and taste phantoms. Physiol Behav. 1998;63:329–35.
Drucker CR, Johnson TM. Captopril glossopyrosis [Letter]. Arch Dermatol. 1989;125:1437–8.
Brown R, Krakow AM, Douglas T, Chokki SK. ‘Scalded mouth syndrome’ caused by angiotensin converting enzyme inhibitors. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 1997;83:665–7.
Savino LB, Haushalter NM. Lisinopril-induced ‘scalded mouth syndrome’. Ann Pharmacother. 1992;26:1381–2.
Woda A, Navez ML, Picard P, Gremeau C, Pichard-Leandri E. A possible therapeutic solution for stomatodynia (burning mouth syndrome). J Orofac Pain. 1998;12:272–8.
Sharav Y, Singer E, Schmidt E, Dionne RA, Dubner R. The analgesic effect of amitriptyline on chronic facial pain. Pain. 1987;31:199–209.
Grushka M, Bartoshuk LM. Burning mouth syndrome and oral dysesthesias. Can J Diagnos. 2000;June:99–109.
 Tammiala-Salonen T, Forssell H. Trazodone in burning mouth pain: a placebo-controlled, double-blind study. J Orofac Pain. 1999;13:83–8.
Katzung BG, Trevor AJ. Pharmacology: examination & board review. 4th ed. Norwalk, Conn.: Appleton & Lange, 1995:214–8.
Epstein JB, Marcoe JH. Topical application of capsaicin for treatment of oral neuropathic pain and trigeminal neuralgia. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1994;77:135–40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar